MANOKWARI – Keluarga pasien mempertanyakan pelayanan medis Rumah Sakit Umum Provinsi Papua Barat. Mereka menyayangkan pasien tidak ditangani dengan baik.
Diketahui empat pasien kritis diantaranya luka bakar, infeksi dalam, pendarahan otak dan patah tulang di ruang bedah RSUP, tengah menunggu kepastian pelayanan dokter.
Informasi yang diperoleh menyebutkan dua dokter spesialis bedah di RSUP telah dinonaktifkan.
“Prinsipnya kita ingin penanganan medis lanjutan karena sejak awal ditangani disini,” ujar Evy Manusaway keluarga pasien kepada nokennews.com, Sabtu (13/5/2034) malam di Manokwari.
Evy mengatakan saudarinya mengalami luka bakar serius, menjalani operasi pertama, Rabu 10 Mei sejak dibawa ke RSUP, sehari sebelumnya akibat ledakan kompor di Petrus Kafiar Amban, Manokwari.
“Harusnya Jumat kemarin saudari saya menjalani operasi kedua, tapi batal karena tidak ada dokter bedah. Saya juga baru dengar kalau dokternya dinonaktifkan,” paparnya.
Ia dan juga keluarga pasien lainnya menyesalkan kondisi ini, sebab sebelumnya tidak dijelaskan detail oleh pihak rumah sakit. Apalagi ada rencana untuk merujuk pasien ke rumah sakit lain.
“Saya baru dengar kalau pasien mau dirujuk. Tanpa pemberitahuan yang jelas, alasannya apa sampai harus dirujuk, apakah alat kurang lengkap? Tapi operasi pertama sudah dilakukan,” kesalnya.
Direktur RSUP Papua Barat dr. Arnoldus Tiniap, M.Epid membenarkan dua dokter bedah telah dinonaktifkan. Penggantinya sedang diupayakan dalam waktu dekat.
“Saya mengupayakan pasien ditangani secepatnya, rujukan ke rumah sakit lain yang ada dokter bedah sedang diupayakan,” tulisnya via pesan singkat.
(RED/NN)