Senator Papua Barat Kumpul Kepsek Bahas Masalah Pendidikan, Kadisdik Malah Tak Hadir

Reses Anggota DPD RI Dr. Filep Wamafma bersama para kepala sekolah SD, SMP dan SMA di Manokwari, Papua Barat, Rabu (13/11/2024). Banyak keluhan masalah pendidikan yang terungkap. (Foto: RED/NN)

MANOKWARI – Ketua Komite III DPD RI Dr. Filep Wamafma, menggelar reses perdana di Manokwari,  Rabu (13/11/2024). Ia membahas masalah pendidikan bersama 17 kepala skolah SD, SMP dan SMA.

Sayangnya kegiatan ini tanpa kehadiran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari Martinus Dowansiba.

“Sangat disesalkan karena pertemuan ini penting. Sedari awal, saya konsen meningkatkan mutu pendidikan di Tanah Papua,” ujar Filep kepada wartawan.

“Tentu harus kerja sama dan kolaborasi yang baik. Apalagi belakangan ini banyak keluhan guru untuk beragam masalah pendidikan,” sambungnya.

Menurut dia, banyak perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Manokwari. Contohnya kuota beasiswa KIP untuk mahasiswa dan PIP untuk SD, SMP dan SMA/SMK.

Beasiswa dari kementerian pendidikan tersebut, sangat membantu siswa siswi termasuk mahasiswa/i. Hanya saja program itu juga terkendala beberapa hal, seperti sinkronisasi data pusat dan daerah.

Ia menyebut keterbatasan peran operator dalam menyiapkan data siswa yang kadang tidak valid. Ini berdampak pada kuota beasiswa untuk sekolah.

Senator Papua Barat Dr. Filep Wamafma. (Foto: RED/NN)

“Data tidak sinkron sehingga berdampak pada kuota penerima dua beasiswa itu. Padahal bantuan ini membantu untuk menjawab masalah pendidikan di daerah,” papar Filep.

Ia juga menyerap aspirasi para guru dan kepala sekolah yang mengeluhkan kesejahteraan. Jangankan tunjangan, ada rumah dinas yang tak layak huni bahkan guru menjahit seragamnya sendiri.

“Saya juga dengar keluhan pengadaan seragam siswa yang tak merata dari dinas dan itu juga masalah. Misalnya siswanya 80, tetapi hanya mendapat seragam belasan. Masalah ini siapa yang tanggungjawab?,” tanya dia lagi.

Filep mempertanyakan seperti apa kinerja dinas pendidikan jika mendengar banyak keluhan para guru. Jika demikian, perlunya penataan yang spektakuler untuk mengatasi masalah pendidikan yang terjadi.

“Kalau modelnya masih seperti ini, jangan bermimpi untuk generasi emas 2045. Mari satukan persepsi untuk ribuan bahkan jutaan anak sekolah di Papua Barat,” pesannya.

(RED/NN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!