MANOKWARI – Petani di Kampung Sidey Jaya Distrik Sidey Kabupaten Manokwari mengeluhkan perhatian yang minim dari PT Medco Papua Hijau Selaras (PT MPHS). Lahan mereka kebanjiran saat hujan akibat saluran pembuangan limbah perusahaan yang kecil.
Dugaan pencemaran limbah pabrik itu disuarakan sejumlah petani. Apalagi sejak 2017 lalu mereka merelakan sebagian lahan untuk pembuatan parit pembuangan limbah.
“Banjir menggenangi lahan petani Februari lalu. Ladang, sawah dan kolam ikan ikut terendam akibat luapan parit pembuangan perusahaan,” ujar Kepala Kampung Sidey Jaya Agus Amirudin, Jumat (8/4).
Dikatakan Kampung Sidey Jaya merupakan salah satu kampung terdekat dan terdampak luapan dari pembuangan limbah pabrik PT. Medco.
Senada Kepala Distrik Sidey Mirdan Daeng Husein mengaku beberapa kali menyurati pihak perusahaan namun belum mendapat jawaban. Keluhan banjir ini pun beberapa kali mendapat perhatian anggota DPRD Manokwari dan juga DPR provinsi Papua Barat.
Supriyanto petani yang mengaku lahannya direlakan untuk saluran pembuangan limbah pabrik pun tidak mendapat kejelasan. Empat kali sudah ia mengajukan proposal untuk kompensasi lahan namun nihil.
Petani lainnya Jumat mengisahkan 6 kolam ikan miliknya terendam banjir Februari lalu. Kolam dengan 100.000 lele dan mujair itu dimodali Rp.100 juta namun dihantam luapan dari parit pembuangan limbah perusahaan.
Pengakuan yang sama juga dikatakan Padi petani Kampung Sidey Jaya. Banjir akibat luapan parit pembuangan limbah itu menggenangi sawah 1,5 hektar miliknya. Mewakili petani lainnya, ia minta perusahaan membuat atau memperbesar saluran pembuangan limbah.
“Saluran pembuangan lebarnya sekira satu meter. Kalau hujan deras sudah pasti air meluap bahkan sampai ke rumah warga karena tak mampu menampung. Kami minta PT. Medco membangun saluran yang lebih besar,” pintanya.
Estate Manager pada PT. MPHS Aslim Kasiran menampik dugaan pencemaran limbah pabrik hingga ke lahan petani. Menurut dia banjir saat itu akibat luapan Kali Wariori yang juga menggenangi sejumlah fasilitas perusahaan termasuk base camp karyawan dan jembatan penghubung.
Diakui alat berat (excavator) perusahaan sedang rusak sehingga ikut menghambat upaya perbaikan beberapa bagian di perusahaan termasuk permintaan warga atau petani.
Perusahaan sendiri lanjut dia sudah melakukan survey kajian dan bertemu dengan warga yang merugi akibat luapan air yang dimaksud. Pada intinya Aslim mengaku perusahaan maksimal untuk mengatasi keluhan warga dan petani di daerah itu. (RED/NN)