BWS Papua Barat Siagakan Eksavator di Daerah Langganan Bencana

Kepala Balai Wilayah Sungai Papua Barat Wempy Nauw ST., MT. (Foto: ELS)

MANOKWARI – Direktorat Jenderal Sumber Daya Air-Kementerian PUPR Balai Wilayah Sungai Papua Barat, menyiapkan Eksavator di sejumlah daerah rawan bencana banjir dan longsor.

Antisipasi ini merupakan bagian dari kesiapsiagaan mengantisipasi ancaman bencana Hidrometeorologi yang berpotensi terjadi bulan Oktober hingga Februari 2023.

Kepala Balai Wilayah Sungai Papua Barat Wempy Nauw ST., MT menjelaskan keberadaan Eksavator dan juga peralatan lain untuk mendukung penanganan bencana yang bisa terjadi kapan saja.

Dijabarkan daerah langganan bencana yang dimaksud diantaranya Teluk Wondama, Manokwari, Teluk Bintuni, Kabupaten dan Kota Sorong serta Maybrat.

Menurut dia, daerah dengan kemiringan lereng 15 hingga 30 persen seperti Sorong dan Teluk Wondama, sangat berpotensi dilanda bencana banjir.

“Di bagian tengah datar sehingga memudahkan aliran air dengan cepat di hulu namun tidak di tengah. Inilah yang sering mengakibatkan air sungai meluap apalagi dekat dengan air laut,” ujarnya,usai apel siaga bencana di Kantor BWS Papua Barat di Manokwari, Kamis (20/10).

Dukungan peralatan untuk mengantisipasi bencana Hidrometeorologi di kantor Direktorat Jenderal Sumber Daya Air-Kementerian PUPR, Balai Wilayah Sungai Papua Barat, di Manokwari. (Foto: ELS)

Balai Wilayah Sungai Papua Barat kini menyiapkan 3 unit Eksavator di Manokwari dan masing-masing 1 unit di Sorong dan Teluk Wondama. Dua daerah terakhir itu rencana ditambah menjadi 3 unit.

Peralatan siap-siaga bencana lain diantaranya 1 unit dump truk, 10 Alkon, 7.539 stok Bronjong dan 2.602 Gerobak. Semua peralatan itu berada di Kantor Balai Wilayah Sungai Papua Barat, di Manokwari.

” Untuk SK per wilayah, ada kordinator wilayah dengan korlap, juga ada posko tanggap darurat. Semuanya disiapkan untuk mengantisipasi bencana,” terang Wempy.

Apel kesiapsiagaan bencana Hidrometeorologi sendiri merupakan kegiatan serempak di seluruh Indonesia, mengingat intensitas curah hujan diprediksi meningkat Oktober 2022 hingga Februari 2023.

“Curah hujan tinggi di wilayah barat dan tengah Indonesia. Kita di wilayah timur korelatif, kadang hujan kadang tidak. Tetapi semua wilayah diminta mengantisipasi ancaman bencana,” singkatnya. (ELS/NN)

. . . . .
. . . . .
error: Content is protected !!
Exit mobile version