“Saya Ingin Pulang ke Papua Dengan Bekal Ilmu Ketika Lulus Kuliah Nanti”
UNGKAPAN Udin yang bernama lengkap Raimundus Udin Bamulki membawa harapan besar bagi keluarganya. Ia merupakan putra pertama dari 8 bersaudara yang lahir di Kabupaten Oksibil, Provinsi Papua, 7 Januari tahun 2000.
Udin tak pernah berfikir bahwa dia akan menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Agronomi dan Hortikultura.
Pada salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia itu, udin berstatus sebagai mahasiswa semester 5 yang mempelejari dengan tekun ilmu pengelolaan tanaman pertanian dan pembudidayaan tanaman.
Tak disangka, Udin ternyata adalah lulusan dari SMA GenIUS (Tanggerang)
Saat memasuki bangku SMA, udin mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Sekolah GenIUS. Sekolah barunya itu yang kemudian memperkenalkan Udin pada dunia yang lebih luas, pada ilmu pengetahuan, profesi, bahkan beberapa perguruan tinggi ternama baik dalam maupun luar negeri.
Seketika, cita cita udin yang ingin menjadi Kapten Kapal dan TNI itu berubah haluan. Di Sekolah itu, curiosity Udin pada bidang akademik meningkat. Bakat serta kecenderungannya pun mulai tampak. Bahkan kepekaan sosialnya kian terasah, lalu tumbuhlah preferensi serta ketertarikannya pada pertanian dan juga pelestarian lingkungan.
Disitulah udin mendapatkan cita cita baru untuk menjadi seorang penyuluh pertanian yang bisa membawa Papua menjadi produsen pangan dengan skala tinggi. Hal itu juga Ia maksudkan sebagai cita-citanya untuk membawa kesejahteraan bagi masyarakat Papua.
“Saya yakin bahwa ke depan masyarakat Papua khususnya masyarakat Oksibil di Pegunungan Bintang, dapat menjadi masyarakat yang mandiri dan berdaulat secara pangan,” sebut Udin meyakinkan suatu hal besar yang berpotensi terjadi.
Udin menyadari, pada tahun 2050, kebutuhan masyarakat Indonesia pada pangan diperkirakan meningkat dua kali lipat dibanding saat ini. Terlebih, sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris.
Negara yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian. Negara yang memiliki lahan pertanian yang luas, sumber daya alam beraneka ragam serta melimpah. Sehingga tidak heran bila sektor pertanian di Indonesia mampu menjadi penopang ekonomi rakyat.
Itulah yang Udin harapkan. Bahwa pertanian dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Papua. Semua itu akan tergapai bila masyarakat dan pemerintah dapat bekerjasama, bergotong royong untuk saling mengisi peran, serta harus ada seseorang yang dengan ilmunya, mampu melakukan perbaikan serta perubahan pada sektor pertanian di Papua.
Semua yang dia pikirkan itu menumbuhkan niat besar dalam hatinya untuk tidak kembali ke Oksibil sebelum dia menyelesaikan pendidikannya itu.
Apalagi ketika mengingat wajengan Ayahnya bahwa “jadilah orang yang jangan hanya cari uang, tapi utamakan menjadi orang yang bermanfaat terhadap orang lain”.
Wajengan itu menjadi pelita hatinya dan menguatkannya untuk tidak kembali ke Papua sebelum berilmu. Buktinya, Udin sudah 5 tahun di pulai Jawa setelah menyelesaikan pendididkan SMA GenIUS yang dilanjutkan berkuliah di IPB.
“lima tahun saya tak pulang semenjak menginjakan kaki pertama kali di Pulau Jawa. Saya akan pulang setelah lulus kuliah, membawa bekal ilmu untuk banyak orang,” ungkap Udin menyampaikan tekednya yang bulat.
Udin sadar bahwa Ia hanyalah anak dari seorang buruh kapal yang berpenghasilan pas-pasan. Apalagi Udin merupakan 8 bersaudara. Ia memiliki 7 orang adik yang juga harus mendapatkan perhatian dari orang tuanya baik secara material maupun immaterial. (***)